Wednesday, February 7, 2018

Poetry for democrazy?

PAKET DEMOKRASI
Prof. Fahmi Amhar
Dunia Barat tampak maju setelah menghidupkan demokrasi,
sistem warisan Yunani kuno yang lama terpendam otokrasi.
Otokrasi adalah dari raja, oleh raja, untuk raja negara ini.
Mereka kadang bersekongkol dengan rezim theokrasi,
agamawan yang merasa wakil Tuhan dan berhak menghakimi,
yang menindas para ilmuwan yang dituduh telah menodai,
dan kepada rakyat jelata yang miskin dan terzalimi,
hanya menyuruh bersabar dan berdoa agar diampuni,
karena kebahagiaan mereka bukan di dunia tapi di surga nanti.
Karena itu demokrasi mengambil semboyan abadi:
dari rakyat - oleh rakyat - untuk rakyat, atau lebih baik mati!
Hukum harus dibuat sesuai kehendak rakyat saat ini.
Hukum dijalankan oleh penguasa pilihan rakyat negeri.
Dan manfaat hukum itu dirasakan oleh rakyat sampai nanti.
Tetapi itu sebatas tataran teori.
Kualitas hukum ditentukan kualitas rakyat yang beropini,
yang sering sudah dimanipulasi oleh media dan selebriti,
hasilnya hukum yang mudah berubah, sulit dijadikan referensi,
muncul jual beli pasal yang berujung ke Mahkamah Konstitusi,
itupun boleh jadi ketuanya kena kasus korupsi !!!
Dan sejauhmana rakyat memiliki pilihan sejati?
Ketika siapa yang dicalonkan sudah dijaring mafia investasi,
siapa yang akan memberikan "return" terbesar akan dimodali,
pencitraan habis-habisan di seluruh media negeri,
lengkap dengan dukungan ulama dan intelektual berdasi.
Dan manfaatnya, siapa sesungguhnya penikmat demokrasi?
Tak selalu rakyat, tetapi para penghisap kekayaan negeri.
Korporasi jahat yang oleh demokrasi justru difasilitasi,
yang bisnis haram atau curangnya dilegalisasi,
baik mereka dari dalam maupun dari luar negeri.
Apakah ini khas negeri gemah ripah loh jinawi ini ?
Tidak! Maka lihatlah sejarah negeri-negeri.
Austria 1938, secara demokratis bergabung dengan Jerman-Nazi.
Jerman 1991 menghapus perlindungan eksil yang ada di konstitusi.
Serbuan ke Afghanistan dan Irak itu didukung penuh demokrasi,
dari negara kampiunnya, USA, walau penuh kontroversi.
Namun faktanya, congress memberi dana, dan Bush terpilih lagi !
Perang Irak itu oleh "rakyat" USA mungkin sangat dinikmati,
bahwa itu menghancurkan rakyat Irak, ah mana peduli.
Maka itu sangat beda dengan sistem pemerintahan yang islami !
Dalam Islam bukan "dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat" yang diyakini,
namun "dari Allah, oleh rakyat, untuk seluruh alam" yang hakiki.
Dari Kitabullah dan Sunnah Nabi lah hukum harus digali,
dikembangkan sesuai tuntutan zaman oleh mujtahidin penuh empati,
djalankan oleh sosok pilihan rakyat - ya hanya di poin ini mirip demokrasi,
namun manfaatnya ditujukan ke seluruh alam, tak cuma buat anak negeri.
Itulah sistem pemerintahan Islam, Khilafah Rasyidah yang ditunjuki,
sehingga peradaban emas muncul dari seluruh negeri,
tak hanya bangsa Arab, tetapi bahkan sampai negeri majusi,
mereka tidak dijajah, tetapi dibuat merdeka yang sejati,
merdeka dari kegelapan, menuju Cahaya Ilahi.
Maka Saudaraku, berhati-hatilah dengan demokrasi !
Meski kalian hanya menjadikan alat menuju kekuasaan yang islami,
mereka tak ingin kalian berkuasa lalu berhenti,
mereka tak ingin demokrasi sekedar prosedur tetapi pada substansi.
Karena demokrasi itu sejatinya satu paket yang tak bisa diisolasi.
Di dalamnya ada sekulerisme: memisahkan agama dari persoalan negeri.
Ada liberalisme: kebebasan kita hanya oleh kebebasan orang lain dibatasi.
Ada pluraslime: kebenaran itu tak boleh diklaim dan dimonopoli.
Ada kapitalisme: biarlah tangan-tangan gaib mengoptimasi ekonomi.
dan ada imperialisme: di masa lalu "gold - gospel - and glory",
atau sekarang "food - fun - and fashion" di masa globalisasi.
Maka kini tampak jelas Saudaraku, mana yang akan kau adopsi,
apakah demokrasi yang hanya utopia dan ilusi ?
ataukah sistem pemerintahan Islam yang dicontohkan jelas oleh Nabi !
.

No comments:

Post a Comment