Thursday, February 1, 2018

Dilan ta'at mungkinkah?

Dilan dan Industri Film
Pidi Baiq itu emang jago buat kata-kata. Awalnya, saya kenal nama Pidi Baiq, saat kuliah di Unpad. Melalui band The Panas Dalam, yang lagi hit saat itu. Judulnya “Sudah Jangan ke Jatinangor”. Buat Anak unpad angkatan 2000an pasti pada kenal.😃
Kini, Novelnya yang best seller, dilirik produser. Jadilah, 25 Januari 2018, film yang diadaptasi dari novel “Dilan 1990”, tayang perdana dibioskop. Bagaimana sambutannya? belum 4 hari tayang, tembus 1 juta penonton. Bombastik bukan?
Tulisan ini bukan untuk menilai isi film nya yah, apalagi buat resensinya. Tulisan ini hanya ingin mengungkap. Kenapa sih, film bergenre drama romantis remaja selalu laku dipasaran. Lihat deh, AADC, Jomblo. Sekarang Dilan? Seolah selalu asik untuk dibahas?
Budaya pacaran yang melekat dalam cerita Dilan, menjadi aktivitas yang tak bisa dipisahkan dari remaja.
Beratnya rindu, bersambutnya hati menjadi lelehan asa yang menggerogoti pikiran anak muda. Cinta sepasang kekasih, menjadi cerita yang tak usang dimakan zaman. Bahasa kerennya everlasting.
Opini bahwa cinta adalah keajaiban yang meruntuhkan rasionalitas. Rasa yang menghidupkan manusia. Terlanjur menjadi pakem warna yang harus dilewati oleh seorang insan.
Itulah nilai-nilai yang sengaja di tanamkan pada remaja, diberi pupuk agar subur dan terpelihara. Ya, Industri perfilman adalah pupuk yang menyuburkan ide tersebut.
Para pemuda disihir agar menjadi konsumen setia. Terlena dengan kata cinta versi mereka.
Padahal siapa yang memaknai cinta seperti itu? siapa yang membuat cinta berwujud demikian? Ini hanyalah opini untuk melanggengkan sebuah kepentingan.
Islam tidak mengenal pacaran. Interaksi laki-laki dan perempuan adalah ta'awun. Tolong menolong. Pancaran cinta dan rindu tak perlu berbalut rayuan gombal.
Dalam koridor pernikahan. Cinta adalah manifestasi taatnya seorang istri pada suami. Begitupun sebaliknya. Rindu adalah wujud tanggungjawab seorang suami terhadap istrinya.
Nah, bayangkan jika para pemudanya paham Islam, paham bahwa cinta tak diumbar. Paham bahwa kisah percintaan dengan pacaran adalah perkara yang buruk dan dilarang oleh agama.
Hancurlah Industri perfilman. Karena, para pemudanya akan sibuk menempa ilmu. Mereka akan mengisi masa muda nya dengan kebermanfaatan pada sesama. Membangun bangsa. Tak akan ada lagi yang mengantri dibioskop, hanya untuk menonton film picisan.
Tak akan ada lagi Dilan-dilan berikutnya. Yang menginspirasi mereka adalah, sosok Muhammad Alfatih sang penakluk Konstantinopel. Juga bukan Milea yang mereka puja-puji. Tapi Nusaibah sang pembela nabi yang mereka kagumi.
#opey3
#day1
#revowriter
#amk
#mamakngomongcintacieee
Oleh: Kanti Rahmillah

No comments:

Post a Comment