Sunday, February 18, 2018

Delete the free interaction

Gaul Bebas? Coret!

Pertemanan lintas gender alias gaul bebas udah jadi menu keseharian remaja en remaji. Gak di sekolah, gak di rumah, udah biasa aja temenan dengan lawan jenis. Biar eksis dan nggak dianggap alien alias makhluk asing oleh temen sebaya. Karena kalo jaga jarak, alamat dikucilkan dari pergaulan dan bagi remaja itu rasanya nggak nyaman.
Namanya temenan dengan lawan jenis, pastinya nggak sekedar menjalin persahabatan. Kita udah paham kalo laki perempuan itu diciptakan untuk saling tarik menarik satu sama lain layaknya dua kutub yang memiliki muatan magnet. Semakin dekat, semakin kuat tarikannya satu sama lain. Awalnya sih cuman temenan, kelamanan jadi demenan. Pepatah jawa bilang, witing trisno jalaran soko kulino. Rasa cinta mendadak menyeruak dalam kalbu lantaran keseringan ketemu. Ini yang berabe.

Temenan Jadi Demenan
Remaja emang paling betah temenan dengan lawan jenis. Selain menumbuhkan rasa kebersamaan, juga melahirkan rasa simpati, terus empati, lama-kelamaan mulai tumbuh benih-benih cinta di hati. Akhirnya, jatuh hati. Makanya agak-agak mustahil kalo temenan ama lawan jenis itu nggak ada affair. Soalnya banyak yang ngakunya teman tapi tingkahnya kayak orang yang pacaran. Teman tapi mesra.
Emang bukan perkara aneh kalo remaja temenan ama lawan jenis. Dalam kacamata orang tua, dinilai bagus buat menepis kekhawatiran kalo anaknya penyuka sesama jenis (hiii…..). Dalam kacamata psikologi, dianggap penting sebagai ajang sosialisasi untuk perkembangan jiwa remaja. Dan bagi remaja sendiri, jadi keharusan biar ada tempat buat menyalurkan masa pubertasnya. Temenan sekalian nyari demenan. Maunya!
Namun dalam kacamata Islam, temenan dengan lawan jenis berarti membuka pintu masuknya virus merah jambu. Meskipun kita bilang bisa menguasai perasaan, yang udah ngalamin bilang akhirnya perasaan yang menguasai kita. Apalagi kalo temennya punya tampang eye catching, kalo ngobrol nyambung, dan care banget. Langsung deh, tadinya temenan jadi demenan. Kalo pun nggak jadian, tapi sering keliatan mesra-mesraan. Waspadalah!

Pacaran, Potret Pergaulan Bebas
Belon afdhol kalo udah demenan tapi nggak ada ikatan. Khawatir disalip teman, pujaan hati harus segera dimiliki. Rasa cinta udah semestinya dikasih ekspresi. Kalo udah saling cinta, nggak perlu lagi kode. Langsung gaspol!
Siapkan rencana untuk sebuah momen tak terlupakan. Sebuah ‘aksi penembakan’ yang menjadi saat-saat menegangkan bagi para aktivis pacaran. Soalnya, penting banget buat kelanjutan hubungan kasihnya dengan pujaan hati. Kalo ditolak, hubungan cukup sampe level teman (temen apa TTM?). Kalo diterima, yes! Hubungan bisa lanjut ke yang lebih serius. Maksudnya, serius menuju pelaminan? Eits, jangan asal nuduh dong. Maksudnya, serius merhatiin isi dompet pacar. Dan pastinya, serius ngenal pacar luar dalam. Nah lho? Kaya servis mobil aja luar dalam. Hoeks!
Kalo udah jadian, tak sungkan lagi untuk body contact. Bagi orang pacaran, seolah ada aturan tak tertulis yang ’mengizinkan’ mereka untuk saling bersentuhan secara fisik. Mulai dari ’kegiatan biasa’ seperti pegangan tangan, cium kening, plus pipi kiri dan kanan hingga yang mendekati zina seperti pelukan, saling membelai, kissing, necking, atau petting. Kalo udah gini, setan bersorak ngerasa sukses telah menjerumuskan keturunan Adam dan Hawa pada gelimang dosa.
Nggak ketinggalan, keseharian orang pacaran selalu pengen berdua-duaan dengan pasangannya. Dimana saja, kapan aja. Dalam keramaian maupun melipir ke pojokan. Biar bisa ngobrol lebih bebas dan intim diselingi canda tawa mesra yang kian mendekatkan hubungan cinta mereka. Pihak ketiga yang mau ikutan nimbrung, mesti izin dulu. Kecuali setan kali yaa. Soalnya setan kan nggak keliatan, jadi bisa dengan mudah menyelinap diantara mereka dan menggoda hati keduanya untuk mendekati zina.
Dari aktifitasnya, keliatan banget kalo pacaran itu jadi potret pergaulan bebas remaja. Bergaul lebih dekat dengan lawan jenis yang belum halal dalam kacamata Islam. Kalo udah halal mah, seintim apapun pergaulannya insya Allah berkah. Lah, kalo cuman diikat oleh emosi dan tanda cinta sebatas lisan, nggak ada hitam di atas putih, gampang putus nyambung kaya tali jemuran. Hati-hati ah!

Ajang Baku Syahwat
Udah bawaan dari lahir kalo kita punya kebutuhan biologis. Ekspresi naluri mempertahankan keturunan melahirkan ketertarikan pada lawan jenis. Tak sekedar rasa cinta tapi hingga pada pemenuhunan naluri seksual. Makanya, islam menjaga pergaulan antara lawan jenis kalo belum halal. Biar syahwat bisa kita kendalikan. Bukan malah mengendalikan kita.
Aktifitas pacaran itu menjadi ajang baku syahwat. Karena peluang untuk bermaksiat terbuka luas. Ikatan pacaran seolah jadi pembenaran untuk mengekspresikan cinta dari sekedar ucapan hingga hubungan badan. Kalo sudah berduaan, jadi lupa daratan. Lantaran termakan godaan setan. Mendekati zina pun tak sungkan.
Survei PKBI, bahwa 63% remaja di beberapa kota besar telah melakukan seks pranikah. Survei yang dilakukan juga menyebutkan perilaku seks bebas remaja yaitu perilaku ciuman 21.0%, perilaku pelukan 36.7%, perilaku memegang organ reproduksi 9.9%, keinginan berhubungan seksual 9.9%, perilaku petting 1.4%, perilaku intercost atau hubungan seksual 1.1%. (PKBI, 2015).
Survei RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2017 yang dilakukan oleh BKKBN menunjukkan kalo remaja laki-laki maupun perempuan mengaku pertama kali punya pacar di usia 16 tahun. Mereka yang punya pacar kebanyakan mengaku pernah melakukan hubungan seksual dibanding remaja pada umumnya. (tribunnews.com, 01/11/17)
Sudah jelas banget kalo pacaran yang notabene perilaku gaul bebas itu telah menjadi ajang baku syahwat. Meski bilangnya bisa jaga diri, kenyataannya makin lama berhubungan makin mudah terjerumus dalam kemaksiatan. Apalagi kalo udah ketemu momen spesial seperti hari kasih sayang. Pasangan remaja berduyun-duyun merayakan dengan bebas tanpa batas sebagai ekspresi cinta. Padahal modus!
Romantisme dalam perayaan VD memancing para aktivisnya untuk jor-joran dalam mengekpresikan cinta pada pasangannya. Apalagi gaya hidup permisif alias serba boleh dalam berperilaku makin mewabah di kalangan remaja. Sehingga perayaan VD kian hari tak sekedar tukar kado atau candle light dinner aja. Tapi udah menjurus ke arah erotisme dan seks bebas. Nah lho!
Bukan nuduh, cuman fakta di lapangan sepertinya mengiyakan. Yang paling keliatan, adanya peningkatan jumlah pembelian alat kontrasepsi kondom yang didominasi remaja menjelang malam valentine. Pantauan Radar Bekasi, di beberapa minimarket diketahui pembelian kondom meningkat sekitar 30 persen. Rata-rata pembeli kondom masuk dalam kategori remaja atau ABG. (http://jabar.pojoksatu.id/bekasi/2017/02/14/)
Ketika pergaulan bebas merajalela, penyakit sosial akan ikut meramaikan. Banyak kita temukan remaja yang notabene pelajar kedapatan hamil diluar nikah. Akibat pacaran yang kebablasan. Nggak heran kalo data BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Ngeri!
Parahnya, ketika ngerasa belum siap untuk punya anak, tak sedikit remaji yang nekat mengaborsi bayi yang dikandungnya. Data Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi. Sebanyak 30 persen di antaranya dilakukan remaja. 
Belum lagi rasa malu yang ditanggung remaji ketika terbongkar aibnya hamil diluar nikah. Ngerasa tak suci dan ujung-ujungnya terjun dalam dunia prositusi. Makin terjerumus dalam gaya hidup seks bebas yang rawan penyebaran penyakit menular seksual hingga HIV/AIDS.
Orang tua, keluarga, pihak sekolah maupun teman sebaya sangat punya alasan untuk terus mengingatkan remaja agar menjauhi pacaran. Terlebih kita sebagai seorang muslim, tak ada celah sedikitpun bagi remaja untuk menjalin asmara sebelum merit dalam ikatan pacaran. Karena dari awal, Islam sudah punya aturan super komplit untuk menjaga pergaulan antar lawan jenis biar nggak bebas.

Gaul Bebas Mengundang Bencana
Gaul bebas di kalangan remaja tak bisa dianggap biasa. Usia puber tak seharusnya jadi pemakluman terhadap ekspresi rasa suka di antara mereka dengan berpacaran. Orangtua pun tak perlu khawatir jika putra atau putrinya tak punya pacar. Boleh jadi mereka tengah menjaga kemuliaannya di masa muda untuk meraih kebaikan di masa tua.
Yang perlu kita khawatirkan justru ketika gaul bebas kian merajalela. Karena akan mengundang bencana. Tak hanya pada pelakunya saja yang bisa terjangkit penyakit menular seksual atau wabah hiv/aids. Tapi juga seluruh masyarakat akan terkena akibatnya jika mendiamkan.
Imam Ibnul Qayyim mengingatkan, “Tidak diragukan lagi bahwa membiarkan kaum perempuan bergaul bebas dengan kaum laki-laki adalah biang segala bencana dan kerusakan, bahkan ini termasuk penyebab (utama) terjadinya berbagai melapetaka yang merata. Sebagaimana ini juga termasuk penyebab (timbulnya) kerusakan dalam semua perkara yang umum maupun khusus. Pergaulan bebas merupakan sebab berkembangpesatnya perbuatan keji dan zina, yang ini termasuk sebab kebinasan massal (umat manusia) dan wabah penyakit-penyakit menular yang berkepanjangan.”
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Jika perbuatan zina telah nampak (tersebar) di suatu negeri maka Allah akan membinasakan negeri tersebut.”
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz lebih menegaskan hal ini dalam ucapan beliau, “Dalil-dalil (dari Al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alahi wasallam) secara tegas menunjukkan haramnya (laki-laki yang) berduaan dengan perempuan yang tidak halal baginya, (demikian pula diharamkan) memandangnya, dan semua sarana yang menjerumuskan (manusia) ke dalam perkara yang dilarang oleh Allah.
Selain keluarga dan sekolah, negara juga sangat berkepentingan untuk menghentikan gaya hidup gaul bebas. Negara yang bisa menghentikan tayangan-tayangan remaja yang menyajikan keseharian publik figure yang erat dengan pergaulan bebas. Negara yang bisa memberikan sanksi yang tegas pada pelaku zina biar pelakunya kapok dan masyarakat jadi tercegah untuk berbuat hal yang sama.
Terlebih, kita selaku remaja muslim mesti berani katakan tidak pada gaul bebas. Jaga jarak dengan lawan jenis kecuali dalam interaksi yang diperbolehkan. Bentengi diri kita dari bisikan setan dan godaan media yang memprovokasi remaja untuk dekat dengan lawan jenis. Gaul bebas? Coret! [@Hafidz341]

No comments:

Post a Comment