Monday, January 29, 2018

Takut? Wajar kok

//// MENGELOLA TAKUT ////
"Malas ah lewat jalan itu, sempit. Lagian banyak anak-anak seliweran. Susah. Saya lewat jalan yang sebelah sini aja, gampang. Biar aja jauhan dikit." 😎
"Susah ini soal Matematikanya. Saya gak bisa, Mah. Mamah aja yang kerjain PR nya ya." 😣
"Maaf ustazah, saya gak bisa membaca kitab ini. Bahasa arab semua, susah. Hurufnya gundul. Tambah susah deh. Belajar bahasa arab juga bosan ah...menghafal lagi...pusing dah. Susah pokoknya." 😱
Itu beberapa percakapan yang sering mampir ke telinga kita. Pun bisa jadi, kita terkadang berucap hal yang serupa. Ya, manusia memang punya kelemahan. Salah satunya, munculnya rasa takut. Takut mencoba lah. Takut memulai lah. Takut beda lah dari yang lain. Ini pada dasarnya emang fitrah sih. Karena rasa takut lahir dari naluri mempertahankan diri. Bahasa kerennya gharizatul baqa'.
Rasa takut tak bisa dihilangkan pada diri manusia. Namun dia bisa dikelola agar terkendali. Rasa takut takkan muncul, kecuali jika ada pemicunya. Jalan sempit yang berlubang, membuat kita takut melewatinya. Pak guru killer berjalan menuju kelas, langsung kaki tangan keringat dingin. (Hihi...ini sih pengalaman zaman old 😁) Tugas sekolah bejibun, apalagi matematika, fisika, kimia, bikin hati dag-dig-dug karena takut gak bisa mengerjakan. Didaulat untuk mengisi ceramah pun kadang bisa bikin lutut gemetaran dan suara bergetar tak karuan. Semua ada pemicunya, hingga rasa takut itu muncul.
Jikalau rasa itu muncul, kembalikan lah kepada Allah Swt. Tundukkan hati kita. Aktifkan jalinan neuron pada otak kita tuk berpikir. Bahwa setiap kesulitan yang menghadang kita, pasti ada celah kemudahan didalamnya.
Allah ingatkan dalam ayatnya pada surah Al Insyiroh ayat 5 dan 6, "inna ma'al usri yusro". Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Bahkan para mufassir mengatakan makna ayat tersebut bahwa satu kesulitan akan didampingi dengan dua kemudahan. Makanya, para salafus salih tak pernah bermuram durja ketika ujian menyapa. Justru mereka bahagia, karena yakin Allah kan berikan dua kemudahan dalam melewatinya.
Intinya berani mencoba. Coba dulu langkah termudah dan terdekat untuk menyelesaikan masalahnya. Jangan ujug-ujug bilang susah, kalo belum dicoba. Ntar kalo sudah dicoba, tapi tetap gak bisa, bolehlah minta bantuan orang lain. Ingat, jika kita mau berusaha Allah kan berikan kemudahan itu. InsyaAllah.
Mari kita berkaca pada pengalaman tiga sahabat Rasulullah Saw ini. Saat perang Mu'tah terjadi pada tahun ke-8 Hijriyah. Pasukan muslim yang hanya berjumlah 3000 orang harus melawan musuh yang jumlahnya 200.000 tentara Romawi Nasrani. Kebayang kan jumlah ini tak sebanding banget. Tentu perasaan ketar-ketir pasti ada lah.
Apalagi sebelumnya Rasulullah Saw mengangkat tiga panglima perang sekaligus.
Sabda beliau Saw, "Jika Zaid mati syahid, maka Ja’far yang menggantikannya. Jika Ja’far mati syahid, maka Abdullah bin Rawahah penggantinya.” (HR. Bukhari)
Ini indikasi kalau panglimanya bakal syahid di medan perang. Tapi Zaid bin Haritsah ra, Ja'far bin Abi Thalib ra , dan Abdullah bin Rawahah ra tak menolak perintah ini. Apalagi ciut nyalinya..gak lah. Mereka justru dengan sigap menerima tugas itu. Dan dengan gagah berani membawa ar Royah di tangannya.
Pasukan kaum muslimin awalnya berasa sedikit khawatir dengan jumlah ini. Sampai mereka minta agar pasukan ditambah. Namun Abdullah bin Rawahah ra berkata, “Wahai kaum muslimin! Demi Allah, sesungguhnya apa yang kalian takutkan sungguh inilah yang kalian cari (yakni) mati syahid. Kita tidak memerangi manusia karena banyaknya bilangan dan kekuatan persenjataan, tetapi kita memerangi mereka karena agama Islam ini yang dengannya Allah muliakan kita. Bangkitlah kalian memerangi musuh karena sesungguhnya tidak ada bagi kita melainkan salah satu dari dua kebaikan, yaitu menang atau mati syahid.”
Semangat pun kembali membara didada kaum muslimin. Mereka berjibaku melawan musuh dengan kekuatan ruhiyah yang menggelora. Lillahi ta'ala. Hingga Allah mudahkan mereka melawan para musuhNya. Namun, janji Allah adalah pasti. Zaid bin Haritsah gugur sebagai syuhada.
Ja'far pun segera meraih ar Royah. Perang terus berkecamuk. Hingga kedua tangan Ja'far bin Abi Thalib ra terputus oleh sabetan pedang lawan. Dia tak patah arang. Dipeluknya di dada panji Rasulullah Saw ini. Hingga sabetan pedang dan tusukan tombak serta panah menyertai ajal menjemputnya. Tak kurang 90 mata luka dijumpai ditubuhnya. Tapi Allah gantikan tangannya dengan sayap indah hingga dia bebas terbang di surga sekehendaknya. MasyaAllah.
Gugurnya Ja'far tak melemahkan semangat pasukan muslim. Abdullah bin Rawahah ra pun segera mengambil alih kepemimpinan perang. Hingga syahid pun didapatkannya juga. Panji pun disepakati diserahkan kepada Khalid bin Walid ra.
Meski kemenangan mutlak tak diraih saat itu. Karena Khalid bin Walid ra akhirnya menarik mundur pasukannya kembali ke Madinah. Namun pasukan kaum muslimin hanya kehilangan 12 orang syuhada. Sementara kaum lawan tak terhitung korbannya. Rasulullah Saw menyambut kedatangan pasukan jihad ini saat kembali.
Rasulullah Saw kemudian naik mimbar seraya berkata, “Bendera dipegang oleh Zaid lalu dia gugur, kemudian dipegang oleh Ja’far dan dia juga gugur. Kemudian dipegang oleh Abdullah bin Rawahah dan dia pun gugur,” sementara air mata beliau menitik, “kemudian bendera dipegang oleh Khalid bin Al-Walid tanpa diangkat, lalu dibukakan kemenangan baginya.” (HR. Bukhari)
MasyaAllah, luar biasa para sahabat ini mengelola rasa takutnya. Rasa takut kepada Allah itulah yang lebih utama. Takut akan dosa dan azab yang akan ditimpakannya. Kita patut meneladaninya.
Jika dosa itu sudah jamak dilakukan oleh masyarakat, tentu azabnya kan menimpa seluruh negeri. Seperti di negeri ini, riba merajalela. Pergaulan bebas hingga gaul sejenis tak terbendung. Miras dan narkoba sungguh telah masuk hingga ke pelosok desa. Wajarlah Allah tegur dengan berbagai bencana. Banjir, gunung meletus, tanah longsor, gempa. Bertubi-tubi. Tidak cukupkah ini sebagai peringatan agar kita kembali? Kembali kepada syariatNya agar ditegakkan di negeri ini.
Inilah rasa takut yang harus muncul pada umat. Takut karena tak melaksanakan syariatNya. Takut akan azab dan siksa yang pedih kan diterima. Baik dunia maupun diakhirat.
Rasulullah Saw bersabda :
"Demi kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan memberikannya rasa aman di hari kiamat. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan memberikan rasa takut kepadanya di hari kiamat." (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Laila Thamrin
26012018

No comments:

Post a Comment